Dukungan


Musim Caleg Segera Tiba: Mendadak Baik, Mendadak Ramah




Oleh: Abhotneo Naibaho
Tahun Politik tengah berjalan dan akan terus berproses hingga Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2019 nanti. Suhu yang mulai hangat, juga akan terus berproses hingga akan terasa panas, dari suhu rendah hingga ke suhu tinggi.
Suhu hangat tersebut, tentu sudah mulai terasa sejak pra Pilkada hingga Pilkada serentak Juni 2018 yang lalu. Dan, adalah hal yang alamiah rasa hangat yang tadi, akan terasa semakin panas hingga tahun depan.
Meminjam istilah orisinilnya Sang Kartunis Antoni Antra Pardosi yang mengatakan, “Songgot Burju, Songgot Martutur” plus dengan sub kutipannya, “Tiang ni Listrik pe (Bila Penting) Dipangkulingi”, memang cukup menggelitik siapapun juga, utamanya orang batak (bangso batak).
Istilah tersebut ada benarnya, bahkan banyak benarnya. Mengingat, dari pengalaman-pengalaman sebelumnya yang kerap terlihat dari mulai Bacaleg ke Caleg, ataupun Bakal Calon Kepala Daerah ke Calon Kepala Daerah bergerilya berikut dengan manuvernya mendekati masyarakat guna mendapatkan simpati dan dukungan.
Izinkan saya memberi terjemahan bebas dari apa yang diungkapkan oleh Sang Kartunis legendaris Sumut tersebut dengan judul artikel ini, “Mendadak Baik, Mendadak Ramah”. Mereka-mereka yang hendak maju sebagai Calon Legislatif (Caleg) maupun Calon Kepala Daerah mau tak mau harus menyambangi masyarakat (blusukan) dari gang ke gang hingga kampung ke kampung sesuai dengan Daerah Pemilihan (Dapil) yang telah ditetapkan sebelumnya oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD).
Jika sebelumnya (karakter asli) si Calon Legislatif maupun Calon Kepala Daerah memang adalah baik bahkan ramah kepada siapa saja, tentu harus diberi apresiasi. Apalagi, seseorang tokoh muda, setengah tua, hingga yang tua telah jauh sebelumnya mau berbuat baik untuk sebuah perubahan lewat koridor yang benar.
Hal yang ironis, bahkan sudah menjadi “budaya musiman” banyaknya Calon Legislatif (Caleg) atau Calon Kepala Daerah mendadak berbuat baik dan bahkan sangat ramah kepada masyarakat hanya untuk sebuah target atau ambisi kemenangan bisa duduk sebagai Legislator atau Kepala Daerah, padahal karakter aslinya sangat bertolak belakang dari apa yang tampak di publik.
Jika “budaya musiman” seperti di atas terus terjadi, adalah omong kosong jika kelak ia duduk bisa membawa misi dan sekaligus menjadi pelaku perubahan (Agen of Change) lewat kebijakan-kebijakan yang diambil nantinya di persidangan DPRD. Yang ada hanya, kepentingan pribadi maupun kelompok demi sebuah syahwat politik yang memuncak, memperkaya diri (hedonisme) ataupun ambisi-ambisi tertentu.
Jangan pernah percaya, apalagi memilih Calon Legislatif atau Kepala Daerah yang munafik seperti demikian. Di era digital saat ini, sudah saatnya masyarakat semakin cerdas untuk mengetahui siapa dan seperti apa kriteria yang pantas ia dukung dan pilih. Karakter asli seseorang dan juga rekam jejak (track record), haruslah manjadi parameter bagi masyarakat sebelum menentukan dukungan dan pilihan.

Posting Komentar

0 Komentar